Saturday, 20 October 2018

Kesan Sebulan Pertama Tinggal dan Kuliah di Finlandia

Post ini dibuat bukan saat sebulan pas saya tinggal di Finlandia, tapi lebih dari sebulan setelah saya datang ke sini. Karena tidak sempat-sempat nulis, saya harus tunda hingga lebih dari satu bulan.

Tentang Kuliah

Hari pertama kuliah di Aalto University, saya sudah disuguhi mata kuliah cryptography and data security. Dosennya pakai kaos dan celana pendek, saya pikir itu awalnya adalah asisten dosen, ternyata dia associate professor bidan kriptografi. Mata kuliahnya sangat (sekali lagi, SANGAT) matematis. Menurut saya, ini mata kuliah terberat yang pernah saya alamai sampai sekarang. Beruntung, dosennya sangat antusias dan mau mengajari dengan lebih lambat di luar jam kelas jika kita mengunjungi ruangannya. Yang saya suka dari dosen ini adalah dia mau memahami jika saya benar-benar tidak paham hal bodoh, seperti nanya cara baca simbol matematik tertentu itu seperti apa. Dia bilang, "no, there is no stupid question. Just ask".

Mata kuliah lainnya juga berat menurut saya. Namun, yang saya suka adalah tugas-tugas yang diberikan itu "seru". Hm, gimana cara jelasin "seru" ya. Pokoknya ga kayak ngerjain LKS. Tugas-tugas yang harus ada programmingnya kayak big data platforms, information security, dan mobile cloud computing dibuat sedemikian rupa sehingga ada perasaan puas saat bisa menyelesaikan tantangannya. Susah jelasinnya, yang jelas seru walaupun susah dan deadlinenya lumayan mepet-mepet.

Di kampus tempat saya belajar, ada dosen yang menghitung kehadiran dan tidak. Jadi ya tinggal menyesuaikan. Ada juga mata kuliah yang tidak ada ujiannya, seperti cryptography and data security. Nilainya berdasarkan tugas saja (tiap minggu ada tugas 2 soal. Saya butuh 4 hari buat nyelesain 2 soal, itupun nanya sana-sini).

Tentang Hidup

Dua minggu setelah kedatangan saya di Finland, pada suatu Senin sore tiba-tiba perut saya sakit. Saya pikir saya maag, jadi saya minum persediaan Promag saya. Setelah 3 kali minum dan ga sembuh, jam 10 malam saya, ditemani teman saya dari Indonesia, naik bis ke rumah sakit terdekat, sekitar 12 km dari tempat saya tinggal. Jam 11 saya sampai UGD, saya pikir saya cuma maag. Dokter menekan2 perut saya dan dia menyuruh saya untuk cek darah, urin, dan ct scan. Saya kena usus buntu, atau bahasa inggrisnya appendicitis (pas dia nyebut itu saya ga tau appendicitis itu apa, setelah dia deskripsiin saya baru sadar itu usus buntu).

Saya panik lantaran ga tau mau bayar pake apa kalo operasi. Saya bawa uang tunai tidak banyak dari Indonesia. Dokter dan pihak administrasipun tidak paham tentang biaya. Saya heran kenapa seperti itu. Ternyata itu karena di rumah sakitnya tidak ada kasir serperti di rumah sakit di Indonesia. Biasanya, tagihan akan dikirim ke rumah beberapa hari setelah pasien pulang.

Setelah itu saya menghubungi pihak sekertariat program kuliah saya dan menanyakan apakah asuransi yang diberikan Erasmus bisa atau tidak digunakan untuk operasi ini. Jam 8 pagi pihak sekertariat menjawab jika asuransi bisa digunakan. Dokternya pun bilang kalau tinggal di Finlandia, tidak layak orang sakit memikirkan biaya. Saya juga ga ngerti maksudnya. Alhamdulillah, semoga benar-benar bisa digunakan. Sampai saya menulis tulisan ini, saya masih agak takut jika asuransinya tau-tau tidak bisa menutup biaya operasi saya.

Saya diinfus dan dimasukkan antibiotik dari jam 6 pagi. Sekitar jam 6.30 pagi teman saya yang mengantar saya pun pulang karena siangnya ada kuliah. Jam 2 siang saya masuk ruang operasi. Jam 4 saya dibangunin, karena tadinya dibius total. Di ruang monitoring saya masih dipantau sampai jam 6 sore. Setelah itu saya dipindahkan di ruang inap. Jam 1 siang besoknya, saya boleh pulang.

Setelah dijemput teman saya lagi, kami pulang naik bis. Susah banget jalan kaki, naik bis, dan naik tangga setelah operasi. Kamar saya di lantai 2 dan ga ada lift di kosan saya. Sampai kosan pun saya harus masak. Biar ga ribet saya rebus telor. Saya disaranin banyak protein, jadi saya makan 5 telor rebus sehari. Sekarang, alhamdulillah lukanya sudah mulai membaik dan saya sudah beraktifitas normal.

Pengalaman ini benar-benar besar buat saya. Di Indonesia, saya belum pernah dirawat, diinfus, dan dioperasi. Sekalinya jalanin, saya jalanin tiga-tiganya dan di tempat jauh sekali dari rumah.