Saturday, 20 October 2018

Kesan Sebulan Pertama Tinggal dan Kuliah di Finlandia

Post ini dibuat bukan saat sebulan pas saya tinggal di Finlandia, tapi lebih dari sebulan setelah saya datang ke sini. Karena tidak sempat-sempat nulis, saya harus tunda hingga lebih dari satu bulan.

Tentang Kuliah

Hari pertama kuliah di Aalto University, saya sudah disuguhi mata kuliah cryptography and data security. Dosennya pakai kaos dan celana pendek, saya pikir itu awalnya adalah asisten dosen, ternyata dia associate professor bidan kriptografi. Mata kuliahnya sangat (sekali lagi, SANGAT) matematis. Menurut saya, ini mata kuliah terberat yang pernah saya alamai sampai sekarang. Beruntung, dosennya sangat antusias dan mau mengajari dengan lebih lambat di luar jam kelas jika kita mengunjungi ruangannya. Yang saya suka dari dosen ini adalah dia mau memahami jika saya benar-benar tidak paham hal bodoh, seperti nanya cara baca simbol matematik tertentu itu seperti apa. Dia bilang, "no, there is no stupid question. Just ask".

Mata kuliah lainnya juga berat menurut saya. Namun, yang saya suka adalah tugas-tugas yang diberikan itu "seru". Hm, gimana cara jelasin "seru" ya. Pokoknya ga kayak ngerjain LKS. Tugas-tugas yang harus ada programmingnya kayak big data platforms, information security, dan mobile cloud computing dibuat sedemikian rupa sehingga ada perasaan puas saat bisa menyelesaikan tantangannya. Susah jelasinnya, yang jelas seru walaupun susah dan deadlinenya lumayan mepet-mepet.

Di kampus tempat saya belajar, ada dosen yang menghitung kehadiran dan tidak. Jadi ya tinggal menyesuaikan. Ada juga mata kuliah yang tidak ada ujiannya, seperti cryptography and data security. Nilainya berdasarkan tugas saja (tiap minggu ada tugas 2 soal. Saya butuh 4 hari buat nyelesain 2 soal, itupun nanya sana-sini).

Tentang Hidup

Dua minggu setelah kedatangan saya di Finland, pada suatu Senin sore tiba-tiba perut saya sakit. Saya pikir saya maag, jadi saya minum persediaan Promag saya. Setelah 3 kali minum dan ga sembuh, jam 10 malam saya, ditemani teman saya dari Indonesia, naik bis ke rumah sakit terdekat, sekitar 12 km dari tempat saya tinggal. Jam 11 saya sampai UGD, saya pikir saya cuma maag. Dokter menekan2 perut saya dan dia menyuruh saya untuk cek darah, urin, dan ct scan. Saya kena usus buntu, atau bahasa inggrisnya appendicitis (pas dia nyebut itu saya ga tau appendicitis itu apa, setelah dia deskripsiin saya baru sadar itu usus buntu).

Saya panik lantaran ga tau mau bayar pake apa kalo operasi. Saya bawa uang tunai tidak banyak dari Indonesia. Dokter dan pihak administrasipun tidak paham tentang biaya. Saya heran kenapa seperti itu. Ternyata itu karena di rumah sakitnya tidak ada kasir serperti di rumah sakit di Indonesia. Biasanya, tagihan akan dikirim ke rumah beberapa hari setelah pasien pulang.

Setelah itu saya menghubungi pihak sekertariat program kuliah saya dan menanyakan apakah asuransi yang diberikan Erasmus bisa atau tidak digunakan untuk operasi ini. Jam 8 pagi pihak sekertariat menjawab jika asuransi bisa digunakan. Dokternya pun bilang kalau tinggal di Finlandia, tidak layak orang sakit memikirkan biaya. Saya juga ga ngerti maksudnya. Alhamdulillah, semoga benar-benar bisa digunakan. Sampai saya menulis tulisan ini, saya masih agak takut jika asuransinya tau-tau tidak bisa menutup biaya operasi saya.

Saya diinfus dan dimasukkan antibiotik dari jam 6 pagi. Sekitar jam 6.30 pagi teman saya yang mengantar saya pun pulang karena siangnya ada kuliah. Jam 2 siang saya masuk ruang operasi. Jam 4 saya dibangunin, karena tadinya dibius total. Di ruang monitoring saya masih dipantau sampai jam 6 sore. Setelah itu saya dipindahkan di ruang inap. Jam 1 siang besoknya, saya boleh pulang.

Setelah dijemput teman saya lagi, kami pulang naik bis. Susah banget jalan kaki, naik bis, dan naik tangga setelah operasi. Kamar saya di lantai 2 dan ga ada lift di kosan saya. Sampai kosan pun saya harus masak. Biar ga ribet saya rebus telor. Saya disaranin banyak protein, jadi saya makan 5 telor rebus sehari. Sekarang, alhamdulillah lukanya sudah mulai membaik dan saya sudah beraktifitas normal.

Pengalaman ini benar-benar besar buat saya. Di Indonesia, saya belum pernah dirawat, diinfus, dan dioperasi. Sekalinya jalanin, saya jalanin tiga-tiganya dan di tempat jauh sekali dari rumah. 

Friday, 7 September 2018

Seminggu Pertama di Finland Sebagai Mahasiswa

Baru satu mnggu saya ada di Finland sebagai mahasiswa jurusan Security and Cloud Computing di Aalto University. Beberapa hal berbau kehidupan sehari-hari akan saya bahas di sini. Iseng dan mungkin aja ada yang mau berangkat juga ke Finland yang butuh info ini.

Hmm....mulai dari mana ya.

Jumat, saya berangkat naik pesawat Qatar Airways Jakarta-Helsinki. Lama banget di jalan sampe bosen. Untungnya ada makanan dan minuman enak yang dikasih, jadi lumayan ngurangin bosan. Film juga ada bisa kita tonton. Untungnya dari Indonesia saya berdua dengan teman saya, jadi ada teman ngobrol.

Buat teman-teman yang mau kuliah di luiar negeri juga dan belum beli tiket pesawat, saya punya cerita menarik. Teman saya yang juga berangkat ke Finland beli tiket lebih murah (diskon beberapa puluh persen) dengan agen perjalanan khusus. Syaratnya harus memilik kartu ISIC. Saya juga tidak tahu detilnya karena saya tidak pakai, saya taunya telat. Mungkin teman-teman bisa cari tau dulu infonya mengenai cara pembelian tiket pesawat dengan kartu ISIC.

Hal penting #1: dapatkan harga tiket pesawat khusus dengan kartu ISIC

Sebelum saya berangkat ke Finland, saya cek dulu rata-rata minggu itu suhunya berapa. Karena pada saat saya datang suhunya diprediksi sekitar 13 derajat celcius, saya memutuskan berangkat dengan kaos lengan panjang dan jaket.

Hal penting #2: riset mengenai kondisi lingkungan tujuan beberapa hari sebelum berangkat

Saya beruntung dikontak oleh senior di kampus Aalto University sebulan sebelum saya tiba. Saya dijemput dan bahkan kunci apartemen saya diambilin. Sangat membantu. Saya di bandara dikasih tau tutor saya (senior saya itu) mnengenai membeli kartu SIM handphone, cara beli tiket bis dan kereta, dan semacamnya. Oiya, kerennya sistem transportasi di Finland adalah tiketnya bisa didownload dari Google Play Store, namanya HSL app. Cara mengisi saldo dari tiketnya bisa menggunakan pulsa HP.

Hal penting #3: cari kontak senior/tutor dan tanya-tanya

Kali ini saya akan bahas mengenai apartemen dan furnitur.

Untuk masalah tempat tinggal, kita sebaiknya tinggal di apartemen mahasiswa. Untuk yang kuliah di Aalto, ada dua platform: HOAS dan AYY. Sistemnya rada lucu: kita daftar, masukkan kriteria yang kita mau, lalu mereka nawarin kalo ada yang kosong. Saran saya jangan yang minta yang aneh-aneh biar dapet tawaran apartemen segera. Oiya, hampir semua apartemen yang ditawarkan itu unfurnished, artinya kamar kosong doang sama lemari satu. Sisanya ga ada. Lampu aja ga ada. Walau begitu, saya ga saranin bawa dari rumah furniturnya. Selain berat, saya ceritain nanti alasannya kenapa mending cari di Finland.

Hal penting #4: daftar apartemen mahasiswa HOAS atau AYY segera setelah tau diterima

Furnitur bisa dicari di beberapa tempat:
1. Toko barang bekas (contohnya Fida di Leppävaara)
2. Grup Facebook barang bekas (link)
3. Aalto Sharetribe 
4. Barang baru kayak di JYSK, IKEA, dan Clas Ohlson -> opsi ini mahal-mahal

Contohnya di kasus saya, saya dapat:
1. Rice cooker -> gratis
2. Meja belajar -> gratis
3. Hordeng (apa sih tulisan yang bener? Itu loh buat tutup jendela) -> gratis
4. Gantungan lampu -> gratis
5. Kursi kantor (yang ada rodanya dan tingginya bisa diatur itu) -> 10 Eur
6. Kasur + sprei + bed frame -> 70 Eur
7. Mangkok -> 1.05 Eur

Kalau mau ke toko barang bekas sebaiknya udah punya kartu mahasiswa, jadi bisa diskon 15%.

Hal penting #5: rajin-rajin buka Facebook dan webiste Aalto sharetribe

Pas baru dateng, bagi yang dapet beasiswa ga akan langsung turun duitnya. Makanya kita harus irit-irit karena uang yang dibawa dari rumah mungkin ga banyak (mungkin beda kalo anak sultan). Dengan masak sendiri, kita bisa menghemat banget dibanding beli jadi. Contoh harga sekitar:

1. Subway: 5 Eur
2. Makanan nasi dan lauk yang siap saji (butuh microwave): 2.5-4 eur
3. Kalo makan di kantin kampus pake kartu mahasiswa: 2.6 eur -> Banyak, bergizi, dan MURAH!

Jadi kalo beli mending di kantin dengan kartu mahasiswa. Kalo masak sendiri:
1. Beras: 1.3 Eur per 2 kg
2. Telur: 1 eur per 6 butir

Hal penting #6: masak sendiri. Kalo makan siang di kampus aja. Selain murah, lauk banyak: daging, sayur, susu, nasi prasmanan

Bagi yang mendapatkan beasiswa, harus buka rekening bank di sana. Sebelum berangkat, kita siapkan dulu dokumen-dokumen dari bank kita di Indonesia. Karena bisa satu minggu prosesnya, maka jangan siapkan ini mepet-mepet. 2-3 minggu sebelum berangkat itu cukup saya rasa. Dokumen tersebut adalah:

1. Surat referensi dari bank dalam bahasa Inggris.
2. Rekening koran 3 bulan terakhir

Info ini ada dari web Aalto. Dalam memilih rekening bank, cari yang paling menguntungkan. Misalnya, karena mahasiswa Erasmus kampusnya tahun kedua pindah, pilih bank yang beroperasi di lebih dari satu negara. Misalnya, di negara Nordic ada Danske dan Nordea. Karena saya di bawah 28 tahun pada saat ke Finland, maka tabungan Nordea saya tidak kena biaya administrasi bulanan. Buatlah rekening bank di minggu awal kedatangan. Lebih cepat lebih baik, karena kita butuh memberikan nomor rekening ke pihak beasiswa.

Hal penting #7: siapkan semua dokumen sebelum berangkat, termasuk hal-hal perbankan

Ini hal terbodoh yang saya lakukan di hari pertama saya masuk apartemen. Jadi jam 5 pagi saya bangun untuk sikat gigi. Saya keluar kamar dan ke kamar mandi seperti biasa. Yang saya tidak tahu adalah ternyata pintunya terkunci otomatis kalo kita keluar kamar. Bodohnya, kunci saya di dalam. Akhirnya saya terjebak di luar kamar ditemani sabun cuci muka, sikat gigi, dan odol. Saya pun mengetok-ngetok pintu teman saya untuk pinjam HP dan akhirnya bisa menelpon door opening service. 15 menit kemudian, datang petugas untuk membukakan pintu dan itu memakan biaya 27 Eur!

Hal penting #8: hati-hati, teliti, jangan konyol

Internet di apartemen HOAS gratis dan katanya kencang banget. Tapi...mereka hanya kasih portnya dan ga ada kabel/wifi. Disini kabel mahal banget. 6 Eur 3 meter. Di mangga dua, 15 ribu 3 meter. Jadi persiapkan, bawa dari rumah.

Hal penting #9: bawa kabel ethernet (1 atau 2) dan WiFi router

Thursday, 21 June 2018

Pengalaman Mendaftar Beasiswa Invest Your Talent in Italy 2018

Agak sulit mencari bahan bacaan mengenai pengalaman orang Indonesia yang mendaftar beasiswa Invest Your Talent in Italy. Jadi, semoga tulisan ini memberi manfaat bagi yang ingin daftar.

Disclaimer: semua info yang ada di website ini TIDAK valid jika bertentangan dengan info resmi dari website beasiswa Invest Your Talent in Italy. Pastikan membaca dengan teliti peraturan pendaftarannya.

Perlu diperhatikan bahwa pada saat tahun 2018, tidak semua jurusan dan universitas dapat sponsor dari beasiswa ini. Oleh karena itu, sebaiknya cek dahulu apakah program yang kamu mau bisa untuk didaftarkan beasiswa ini. Saya sendiri daftar beasiswa ini setelah saya diterima di jurusan Computer Science and Engineering di Politecnico di Milano.

Syarat pendaftaran beasiswa ini bisa kamu lihat sendiri di websitenya. Jadi saya tidak perlu ulang di sini. Yang saya mau ceritakan itu salah satu syarat pendaftaran yang unik dibanding beasiswa lain yang saya daftar: video aplikasi berdurasi 1 menit.

Ketentuan tentang videonya
Saya langsung pusing pas baca ini. Pertanyaan yang muncul di benak saya adalah: "Gimana caranya bicara 1 menit trus dibiayain sekolah dan biaya hidup??"

Akhirnya saya persiapkan juga video ini. Dibandingkan 2 teman saya yang daftar beasiswa ini juga, saya rasa, saya yang paling niat karena saya sampe beli beberapa barang dan belasan (atau puluhan) kali ambil video.

Pertama, kita bahas alat-alat yang saya pakai.
1. Kamera: pake kamera HP aja. Videonya juga maksimal 10 Mbyte. Jadi ga perlu bagus-bagus gambarnya.
2. Saya ga dipegangin HPnya, jadi saya beli tripod di Tokopedia, harganya 50 ribuan.
3. Untuk edit video, saya pake kdenlive.

Kedua, kita bahas konten. Petunjuknya ada di website beasiswa ini, dan kira-kira kontennya adalah:
1. Perkenalan diri (talk about yourself)
2. Kenapa kamu daftar beasiswa ini (why do you want to be part of the program)
3. Motivasi kamu belajar subjek yang bersangkutan (your motivation to study)
4. Motivasi belajar ke Italy

Karena durasi hanya 60 detik, saya bagi 4 poin di atas agar cukup dalam 1 menit. Saya tulis dulu teksnya, saya periksa efektifitas dan tata bahasanya, saya koreksi, lalu saya hafalkan. Begini detil teksnya:

Jumlah kata: 159
Jumlah paragraf: 3
Konten:
1. Perkenalan: 55 kata. Isinya mengenai nama, profesi, nama kampus dulu dan jurusannya, sekarang kerja di mana dan sebagai apa.
2. Motivasi daftar beasiswa dan belajar tentang computer science and engineering: 50 kata.
3. Kenapa Italy: 54 kata. 

Saya edit videonya sedikit untuk menyelipkan foto-foto kegiatan saya saat dulu kuliah seperti foto saat lomba dan foto saat menyolder PCB saat bikin robot dulu. Tentunya foto ini keluar saat berbicara mengenai konteks itu.

Terkesan sederhana memang. Tapi, saya dua hari ambil video dan lebih dari 20 kali mungkin saya ambil video. Beberapa halangan yang mungkin terjadi:
1. Lupa mau ngomong apa
2. Mulut keserimpet
3. Tiba-tiba haus
4. Tukang jualan makanan lewat dan suaranya keras sekali, masuk ke video
5. Motor/mobil lewat depan rumah
6. Ada tetangga dan salam kencang, suaranya masuk video
7. Gerah, sehingga mengganggu konsentrasi dan menimbulkan gangguan di nomor 1-3

Seperti itulah cerita saya membuat video aplikasi untuk beasiswa Invest Your Talent in Italy 2018. Pihak pemberi beasiswa memberi info kalau pengumuman akan diberikan akhir April 2018. Namun, saya dan teman saya baru dapat hasil pengumuman pada 20 Juni 2018. Alhamdulillah, saya lolos beasiswa ini. Namun, saya harus melepas beasiswa ini karena saya sudah lebih dulu diterima beasiswa lain dari Erasmus dan saya sudah mengkonfirmasi lebih dulu ke Erasmus untuk mengambil beasiswa Erasmus.

Semoga bermanfaat.

Salam

Sunday, 13 May 2018

Cara Membuat Proof of Residence/Residence Certificate untuk Mendaftar Beasiswa Erasmus

Dokumen Apa Ini

Dokumen yang menyatakan kalau kita tinggal di Indonesia saat mendaftar program Erasmus. Berbagai istilah yang dipakai untuk menyebut dokumen ini:
- Proof of residence
- Residence certificate
Atau dokumen lain yang artinya kira-kira "dokumen yang mengindikasikan kita tinggal di mana"

 

Beberapa info 

Penting: selalu merujuk ke website program yang dituju. Jika masih ragu, tanya pihak admissions. Info apapun yang ada di blog ini tidak valid jika bertentangan dengan info yang diberikan website program tujuan atau info dari pihak admission.

Ada yang bilang (di grup Erasmus di Facebook) kalau dokumen ini bisa diberikan hanya dengan scan KTP. Saya tidak tahu apa ini sebenernya bisa. Untuk tau KTP bisa atau tidak, sebaiknya kamu tanyakan ke pihak admissions dengan memberi sample scan KTP.

Ada yang menyebut dokumen ini bisa diberikan dengan certificate from your place or work [1]. Namun, pastikan apa programnya menerima sertifikat ini. Untuk cari aman, jika sertifikat dari tempat kerja memungkinkan, pastikan bahwa surat sertifikatnya dalam bahasa Inggris, ada kop suratnya, ada cap, dan tanda tangan dari atasan/HR.

Yang akan dibahas di sini adalah cara membuat surat keterangan domisili untuk mendaftar beassiwa Erasmus. Surat ini dikeluarkan oleh kelurahan dan harus diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh penerjemah tersumpah.

 

Cara Membuat

1. Datang ke pak RT dan RW untuk meminta surat pengantar pembuatan surat keterangan domisili
2. Datang ke kelurahan dengan membawa: surat pengantar yang dibuat di poin 1, ktp (dan fotokopinya), dan kartu keluarha (dan fotokopinya)
3. Tunggu. Dari pengalaman saya, selesai dalam 2 jam.
4. Setelah selesai, scan surat keterangan domisilinya.
5. Terjemahkan ke bahasa Inggris dengan penerjemah tersumpah. Saya waktu itu menggunakan jasa Solusi Penerjemah. Hasilnya cepat dan mereka cepat membalas email. Di 2017 Desember, harganya 75 ribu selembar.
6. Saat dokumen datang, scan.
7. Jadikan dua dokumen tersebut ke dalam 1 pdf, dengan halaman pertama adalah surat keterangan domisili dalam bahasa Indonesia dan yang halaman kedua dalam bahasa Inggris.


Selesai. Cara ini saya pakai dan tidak ada komplain dari pihak admission.

 

Sampel







Friday, 22 December 2017

Hal-hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Mengganti Part Gitar

Oke, jadi kita udah punya gitar nih. Tapi bukan gitar hi-end dengan kualitas gila-gilaan sampai detil part-partnya. Setelah beberapa lama, mungkin kita jadi sering baca-baca artikel dan forum gitar dan memutuskan untuk ganti part-part gitar kita untuk bereksperimen dan mencari tone yang kita suka. Tapi, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sebelum memutuskan melakukan hal ini:

Ukuran Part yang terpasang di gitar vs yang mau kita beli

Ini sangat penting. Penting banget. Apalah beli part kalo ga bisa dipasang. Kita harus jeli sekali mencari tau sebelum membeli, apalagi kalo belinya dari toko online, yang kita ga bisa ukur pake penggaris. Ya, penggaris.

Apa sih yang bikin ga bisa dipasang gini? Kan gitar sama aja? Jawabannya adalah...Amerika seenak jidat pake sistem pengukuran sendiri. Pernah denger ukuran panjang dalam satuan kaki? Inchi? Berat dalam pound? Nah itu kerjaannya Amerika dan namanya adalah sistem Imperial. Negara-negara lain umumnya pakai sistem Metric, yang biasa kita gunakan (meter, kg, dan sebagainya). Hal ini yang menyebabkan standar-standar gitar buatan Amerika dan non Amerika bisa jadi berbeda.

Contohnya, misalnya kita punya Fender buatan Jepang atau Squier buatan Indonesia. Belum tentu part-part gitar Fender USA (kayak saddle, bridge, nut, tuning machine, dan lain-lain) itu muat ke gitar Fender Japan atau Squier Indonesia. Jangankan gitu, bahkan diameter potensionya saja beda, jadi saya harus lubangin ekstra pickguard saya biar bisa dipasang potensio CTS.

Hal ini bisa dihindari kalau kita baca lebih jauh sebelum membeli dan ngoprek. Ya kayak skripsi lah, baca buku, paper, dan artikel sebelum eksperimen dan nulis itu penting banget.

Mitos-mitos yang ada di forum-forum gitar

Mitos-mitos ini banyak banget. Banget. Banget. Banget.

Contohnya, cari di Google tentang "Tone capacitor for guitars" dan kita akan liat banyak banget orang debat ngomongin tipe kapasitor yang bagus. Kapasitor macem-macem banget harganya untuk ukuran yang sama. Ada yang 10 ribuan sampe 900 ribu. Ya, 900 ribu. Padahal, nih kata artikel di website Lindy Fralin Pickups:

The type of cap is not as important as the value of the cap, for guitar. In an Amp, your cap type is much more important, as the signal is being passed through the cap all the time. In a guitar, you’re not hearing the cap itself, you’re hearing what the cap is impeding (https://www.fralinpickups.com/2017/08/08/tone-capacitors-work/)  
Dan kalo mau bukti yang lebih kuat karena dicoba dengan teliti bisa diliat di sini: http://zerocapcable.com/?page_id=224 

Kapasitor yang penting itu ukuran kapasitasninya, dan untuk kualitas yang Orange Drop aja cukup. Kapasitor ini bagus dan bisa dicari di tokopedia dengan harga kurang dari 50 ribu (saya beli 22.500 sih, ada yang lebih tinggi juga harganya tergantung ukuran).

Kalo ga rusak, jangan dibenerin

Ini rule of thumb di banyak hal, termasuk ngutak-ngatik gitar. Kalo fret kita ga aus, jangan di refret. Kalo ga ada cacat, saddle jangan dulu diganti. Prinsip ini bisa menghemat uang untuk hal yang tidak diperlukan. Sebenarnya kita ingin optimasi gitar kita agar lebih bagus. Tapi, jika belum ada part yang harus diganti tapi kita ganti, itu tidak akan mengoptimalkan juga. Ini sebenarnya prinsip yang dibilang Donald Knuth, seorang dedengkot programming:
Premature optimization is the root of all evil (https://en.wikiquote.org/wiki/Donald_Knuth)  
Terakhir, jangan beli dari orang yang tidak dipercaya. Kaskus tempat yang lumayan informatif untuk mencari tau apakah penjual tersebut masuk ke dalam "daftar hitam" atau ngga.

Kalau udah siap, baru siapkan obeng, tang, solder, kunci L, dan uang hehe.

Friday, 20 October 2017

Mode Pengkabelan (Wiring Mod) untuk Gitar Model Stratocaster

Beberapa mode pengkabelan (wiring mod) pada gitar Stratocaster dapat dilihat langsung di situs Fender. Namun, kali ini saya ingin memberikan kesimpulan dari beberapa wiring mod yang saya amati:

Eric Johnson Signature

Dengan wiring mod pada gitar Eric Johnson, kita ga akan bisa mengontrol tone dari pickup tengah (middle pickup) melainkan hanya pickup neck dan pickup bridge. Eric Johsnson menggunakan kapasitor 0.1uF.

Stevie Ray Vaughan Signature

Berbeda dengan Eric Johson, wiring mod pada gitar SRV menyebabkan pickup bridge yang tidak bisa dikontrol tonenya, melainkan hanya pickup neck dan middle. SRV menggunakan kapasitor 0.022uF.

Jeff Beck Signature

Berbeda dengan Eric Johnson maupun SRV, dengan wiring mod Jeff Beck, kita bisa mengontrol tone dari semua pickup, dengan catatan, potensio tone neck hanya untuk pickup neck, dan potensio tone bridge mengontrol pickup bridge dan middle secara bersamaan. Pada wiring mod ini, semua potensio dihubungkan ke ground, dengan titik common ground di potensio volume. Jeff Beck menggunakan kapasitor 0.022uF.

Kenny Wayne Shepherd Signature

Mirip dengan Jeff Beck dimana potensio tone bridge bisa untuk mengontrol pickup bridge dan middle secara bersamaan. Namun, Kenny Wayne Shepherd tidak menyambungkan semua potensio ke common ground seperti Jeff Beck. Kenny Wayne menggunakan kapasitor 0.1uF.

SVL Matt Schofield Signature

Saya dapet ini dari Facebooknya SVL Guitars. Wiring mod pada gitar Matt Schofield mirip dengan Eric Johnson Signature, hanya saja kapasitornya 0.022uF.

Jimmie Vaughan Signature

Sangat mirip dengan Eric Johnson, hanya saja kapasitornya berbeda, yaitu 0.022uF.

Fender Stratocaster '57, '60, '62

Mirip dengan Eric Johnson Signature.

Fender American Standard

Mirip dengan Jeff Beck Signature.

Fender American Professional 

Ini lah yang menurut saya gitar yang ingin-mau-jadi-segala-apa-apa-aja. Dia wiringnya mirip Jeff Beck, tapi dia pake treble bleed. Treble bleednya pun kayak gabungan Duncan Mod dan Kinman Mod. Satuin aja semua asal enak haha.

Radix Rama Satria "White Mojo" Signature

Ini gitar saya. Wiringnya mirip Eric Johnson, tapi dia pake treble bleed dengan Kinman Mod plus ada switch yang bisa mengkatifkan pickup bridge kalau lagi pake pickup neck, jadi kayak suara Telecaster.

Ujung-ujungnya, semua selera yang bersifat subjektif. Saya pernah mainin gitar temen saya yang Kenny Wayne Shepherd Signature, gitar Radix Rama Satria juga, yang beda wiring modnya. Sama-sama enak, tapi beda karakter.

Sunday, 2 July 2017

Review Gitar Radix White Mojo Rama Satria

Saya pengen punya Stratocaster udah lama. Tapi stratocaster yang bagus2 itu mahal, jadi saya harus sabar nunggu. Akhirnya, setelah punya gaji, saya mau beli tapi yang ga terlalu mahal. Setelah ngobrol2 sama temen saya yang ngerti banget Stratocaster (dia punya Fender Stratocaster Mexican Standard dan Fender Stratocaster Kenny Wayne Shepherd Signature), saya diberi tahu yang penting kayunya Alder, karena spare part lainnya bisa digantinya gampang. Dia menyarankan 2 gitar ke saya: Squier Classic Vibe 60's dan Radix White Mojo Rama Satria Signature.

Saya belum sempat mencoba Squier Classic Vibe, namun karena harganya 5.25 juta pada saat itu, saya memprioritaskan Squier ini di nomor 2. Saya mau mencoba Radix dulu, karena kalo harganya di Instagram guitar freaks itu 4.5 juta, lebih murah lebih baik hehe.

Btw, Radix ini merek lokal yang katanya gitar2nya dibuat di Tangerang. Dealer resminya itu di Guitar Freaks, lokasinya di Cipete. Setelah kesana, saya ngga nemu karena stoknya habis. Akhirnya dikasih tau mas-mas penjaganya kalo di Gana Music Pondok Aren ada tinggal satu. Kebetulan dekat rumah, saya pun kesana.

Sepertinya yang disimpan Gana Music ini stok lama, sehingga udah karatan banget senarnya. Saddlenya pun karatan. Tapi saya suka sama beratnya dan "getaran"nya pas senarnya dipetik. Karena ini stok lama, dapat lah saya beli dengan harga 3.7 juta bonus senar Ernie Ball dan sebuah stand gitar yang bisa dipake untuk 2 gitar. Gila beruntung banget.

Inilah spek-spek bagus yang saya bisa liat di gitar ini:
  1. Kayu Alder, kayak gitar2 Fender Strat beneran.
    Gitar di atas meja setrika
  2. Neck Mapple, fretboard Rosewood.
  3. Saddle dan bridge model vintage.
  4. Pickup Tesla VR-1, ini pickup vintage. Suaranya bagus, saya suka.
  5. Fret wire ukuran jumbo. Ini enak banget buat bending sama vibrato, karena licin, lembut, suaranya juga enak jadinya. Tapi shredder kayaknya ga akan suka, karena susah ngebut jarinya di fret kayak gini.
    Fret Jumbo
  6. Tremolo blok yang tebel, gede, dan padat. Ga kayak tremolo blok Fender MIM yang kecil dan kopong.

    Yang padat dan besar itu bawaan Radix
  7. Neck belakangnya ada yang ga dicat, sehingga nyaman di tangan. Gitarnya SRV dan John Mayer juga necknya belakangnya gak dicat.
    Necknya ga dicat
  8. Treble bleed dengan Kinman Mod. Model Kinman ini kapasitornya diseri dengan resistor. Kalo Duncan Mod (kayak yang dipake Ginda Berstari) itu diparalel. Kalo kayak Fender Professional Series, diseri dan di paralel, jadi resistornya kayak bikin voltage divider gitu. Saya suka Kinman Mod karena ga terlalu nyaring treblenya tapi masih ada treblenya.

    Kinman treble bleed, yang resistor dan kapasitor itu (bukan yang dekat jari)
  9. Kapasitor di potensiometer tone control 0.047 uF. Ini ga bagus ga apa sih, selera nilai mah. Makin gede kapasitansinya, suaranya lebih dark. Umumnya orang pake 0.047, 0.022, atau yang besar 0.1 uF.
  10. Potensio 250K Ohm, model A (naik secara logaritmik resistansinya)
  11. Ada switch buat bikin gitar ini bersuara Telecaster. Cara makenya, switch pickup di posisi neck, trus arahin switch magic ini ke bawah. Suaranya jadi suara Telecaster. Keren banget.
Dari sesuatu yang bagus, pasti ada jeleknya, apalagi mengingat harganya yang murah.
Ini hal-hal yang saya kurang suka:
  1. Switchnya yang model kurang bagus, pake PCB pertinak. Ini PCB jenis murah. Kalo mau bagus pake switch CRL kayak Fender. Kalo mau beli CRL ada di toko DIY Pedal Indonesia (mereka buka juga di Tokopedia), harganya 200 ribu. Mahal? Iya jelas. Kalo ngga saya yakin Radix pake ini.

    Switch dengan PCB pertinak
  2. Kapasitornya yang murah. Duh saya ga tau ini jenis apa. Bukan keramik, bukan Orange Drop, bukan Paper in Oil.
  3. Potensionya mereknya Alpha, cepat karat dan responya ga terlalu oke walaupun masih bisa di terima.
  4. Saddlenya jelek. Punya saya udah coak aja.
  5. Saddle udah pada coak
Saya coba mengupgrade gitarnya biar lebih baik. Ini yang bisa dilakukan (beberapa sudah saya lakukan, sisanya belum karena dompet belum mengijinkan):
  1. Ganti kapasitor dengan kapasitor Orange Drop atau Paper in Oil. Saya ganti dengan Orange Drop. DIY Pedal Indonesia menjual dengan harga 33 ribu.
    Orange Drop yang warna oren (you don't say...)
  2. Ganti saddle dengan yang lebih baik. Yang masih disetujui kantong saya itu saddle Fender MIM, harga satu set (plus bridge dan tremolo block) sekitar 300 ribuan. Kalo mau yang lebih bagus bisa beli Gotoh, Fender USA, Callaham, atau GraphTech. Namun, ingat ada harga ada barang. Merek-merek tadi paling murah 400 ribu hanya untuk saddle.

    Saddle Fender MIM
  3. Saya merasa pick up ini udah cukup, tapi mungkin ada yang selera bisa ganti pick up. Terserah, sesuai selera dan budget. Saya sih penasaran sama pickup Fender 57/62, Lollar, sama Lindy Fralin. Cuma mereka mahal banget.
  4. Ganti potensiometer CTS kayak fender. Sebagai perbandingan, harga potensio Alpha (bawaan dari Radix) sekitar 12 ribu satunya, dan CTS sekitar 80 ribu satunya.
  5. Ganti switch dengan CRL, kayak fender. DIY Pedal Indonesia menjual dengan harga sekitar 200 ribu. Mahal sih, tapi bagus emang. 
Secara keseluruhan, gitar ini sangat enak dipake dan nyaman di telinga. Kalau anda main metal, ini bukan gitar untuk anda. Kalo suka blues atau model vintage sound, saya sangat merekomendasikan gitar ini.