Apa yang ada di perasaan saya? Mungkin bisa diwakilin sama Roronoa Zoro...
Berdarah-darah, tapi nahan haha. Saya langsung berusaha untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan saya yang mengusik: Kenapa saya ga lolos. Saya mencoba cara yang dijelaskan oleh blog agniswikono.wordpress.com mengenai permohonan informasi publik untuk menanyakan bagian apa yang kurang dari saya untuk segera diperbaiki. Namun belum dibalas karena baru 3 hari lalu saya mengajukan dan dalam 3 hari ini tanggal merah.
Memang, saya rasa saya kurang di banyak hal dan terlalu terburu-buru dalam mempersiapkan ini semua. Terburu-buru bukan merupakan hal yang baik karena akan kehilangan banyak hal dalam perjalanannya. Saya jadi ingat pesan Rayleigh ke Robin:
"You can't rush things. Just go forward one step at a time on your ship. May be we all tried to go too fast"
Apa yang saya perbuat hingga saya terlalu terburu-buru? Analisa saya:
- Terburu-buru bilang mau berkontribusi jauh untuk bangsa sebagai dosen, padahal belum pernah mengajar secara sukarela ke anak-anak yang kurang beruntung. Memang tidak diwajibkan, tapi menurut saya sangat baik jika kita bisa merasakan sulitnya belajar mereka dengan kondisi yang tidak mendukung sejak lahir. Dengan begitu, kematangan akan pemahaman proses menyampaikan ilmu dengan perasaan akan lebih baik.
- IELTS saya belum ada! Fatal. Saya daftar menggunakan TOEFL ITP. Boleh memang, tapi ini mengindikasikan saya dokumen aja belum siap.
- Saya belum mengontak apapun ke universitas/professor. Padahal, saya sudah banyak membaca tentang adab dan cara mengontak professor (buka profilnya, baca 3-4 paper terakhirnya, baca current projectnya, baru kontak). Tapi karena mayoritas bilang S2 ke Delft ga butuh kontak professor, saya mengurungkan niat. Padahal, ini bisa menjadi pendukung walau saya belum punya LoA.
- Mungkin saya belum memantaskan diri untuk S2.
12 Desember 2016
Bintang