Monday, 12 December 2016

Gagal LPDP

Jumat 9 Desember 2016 pengumuman LPDP keluar. Websitenya tidak bisa dibuka, yang kemungkinan besar dikarenakan beban server tinggi. Akhirnya kebuka, dan saya tidak lolos seleksi wawancara LPDP.

Apa yang ada di perasaan saya? Mungkin bisa diwakilin sama Roronoa Zoro...


Berdarah-darah, tapi nahan haha. Saya langsung berusaha untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan saya yang mengusik: Kenapa saya ga lolos. Saya mencoba cara yang dijelaskan oleh blog agniswikono.wordpress.com mengenai permohonan informasi publik untuk menanyakan bagian apa yang kurang dari saya untuk segera diperbaiki. Namun belum dibalas karena baru 3 hari lalu saya mengajukan dan dalam 3 hari ini tanggal merah.

Memang, saya rasa saya kurang di banyak hal dan terlalu terburu-buru dalam mempersiapkan ini semua. Terburu-buru bukan merupakan hal yang baik karena akan kehilangan banyak hal dalam perjalanannya. Saya jadi ingat pesan Rayleigh ke Robin:



"You can't rush things. Just go forward one step at a time on your ship. May be we all tried to go too fast"

Apa yang saya perbuat hingga saya terlalu terburu-buru? Analisa saya:
  1. Terburu-buru bilang mau berkontribusi jauh untuk bangsa sebagai dosen, padahal belum pernah mengajar secara sukarela ke anak-anak yang kurang beruntung. Memang tidak diwajibkan, tapi menurut saya sangat baik jika kita bisa merasakan sulitnya belajar mereka dengan kondisi yang tidak mendukung sejak lahir. Dengan begitu, kematangan akan pemahaman proses menyampaikan ilmu dengan perasaan akan lebih baik.
  2. IELTS saya belum ada! Fatal. Saya daftar menggunakan TOEFL ITP. Boleh memang, tapi ini mengindikasikan saya dokumen aja belum siap.
  3. Saya belum mengontak apapun ke universitas/professor. Padahal, saya sudah banyak membaca tentang adab dan cara mengontak professor (buka profilnya, baca 3-4 paper terakhirnya, baca current projectnya, baru kontak). Tapi karena mayoritas bilang S2 ke Delft ga butuh kontak professor, saya mengurungkan niat. Padahal, ini bisa menjadi pendukung walau saya belum punya LoA.
  4. Mungkin saya belum memantaskan diri untuk S2.
Dari hal-hal tersebut, saya belajar banyak. Mungkin apa yang saya pelajari lebih banyak dibanding jika saya lolos. Alhamdulillah, segala sesuatu memang ada maksudnya. Dengan ini, saya harus merapihkan PR-PR yang saya sebut. Khusus untuk PR no. 4, ini paling teknis, karena akhirnya saya memutuskan untuk berlatih programming lebih banyak (hackerrank, latihan-latihan lain), baca-baca tutorials point untuk mendapatkan overview dari subject yang belum saya kuasai, dan mengerjakan soal-soal tes University of Tokyo dan TU Darmstadt (karena mereka memberi contoh soal). Semoga saya bisa menyelesaikan semua PR ini dengan baik dan dengan waktu yang efektif dan efisien.

12 Desember 2016

Bintang

Saturday, 3 December 2016

Tes IELTS di British Council Jakarta

Ini cerita tentang tes IELTS Academic di British Council Jakarta. Kenapa British Council? Karena dulu saya suka nonton video belajar bahasa Inggris dari British Council (alasan yang ga mendasar sama sekali...yasudahlah). Tes ini diambil 19 November 2016.

Biaya
Biayanya waktu itu 2.8 juta rupiah, bisa dibayar dengan transfer bank.

Pendaftaran
Klik klik aja kok. Cari aja di google "IELTS British Council Indonesia" nanti ada step-step gitu dikasih di websitenya British Council. Ikutin aja, mudah kok.

Suasana Tes
Saya dateng kepagian. Lokasi di Akmani Hotel (belakang mall Sarinah). Btw, lokasi ini pindah-pindah, artinya untuk ke depan belum tentu di hotel ini. Bisa cek aja di website British Council. Mulai masuk ruangan jam 8, dan harus nunggu sampai jam 9. Diam, tidak boleh bicara, ke toilet harus izin. Oiya, pensil, pulpen, penghapus, dan air minum disediakan jadi tidak perlu bawa sendiri (kalo mau jaga-jaga bawa aja sih kayaknya). KTP/Passpor wajib dibawa (tergantung daftar di Internet pake KTP/Passpor) dan juga fotokopian dokumen ini yang berwarna.

Selesai ujian tertulis, wawancara saya dapat jam 2.15 di hari yang sama. Saat wawancara saya ngga bisa inget konsep apa-apa, entah kenapa, jadi saya kayak orang ngobrol aja. Topiknya juga sulit buat saya jawab panjang lebar, mengenai "waking up early". Maksud saya, kayaknya biasa aja, ga ada yang spesial, jadi susah saya jelasin ini itu, ga ada topik di kepala saya.

Sarapan sangat penting, minum juga, tapi jangan terlalu banyak karena nanti sering ke kamar mandi, terlebih ruangannya dingin. Yang tidak terbiasa dingin seperti saya, bisa gunakan kaos lengan panjang agar lebih hangat.

Hasil Tes
Hasil tes 13 hari keluarnya, artinya saya karena tes tanggal 19 November, keluar hasil tanggal 2 Desember. Asiknya, hasil tes diantar ke rumah, jadi kita tidak perlu ambil langsung ke kantornya, dan ini gratis tanpa biaya tambahan.

//end of sesuatu yang umum
//start sesuatu yang personal

Persiapan saya
Saya belajar dari buku Cambridge Practice Tests for IELTS Series: Self-Study Student's Book dan Cambridge IELTS 11. Untuk writing, saya belajar dari IELTS buddy dan IELTS Simon. Biasanya, setelah mencoba menulis untuk bagian writing, saya cek ke grammarly.com untuk mengecek kesalahan grammar. Memang sih sangat terbatas, tapi lebih baik daripada tidak sama sekali.

Untuk terbiasa baca bahasa Inggris, saya baca The Jakarta Post, The Guardian, dan IEEE Spectrum. Untuk listening, saya dengerin BBC 6 Minute English dan juga nonton TEDx.

Saya latihan speaking dengan kakak saya, yang kebetulan sedang cuti melahirkan. Kadang juga saya berlatih dengan pacar saya, walaupun tidak sering. Saya tidak les IELTS sama sekali, dan biasanya saya belajar paling lama sehari 2 jam 30 menit. Umumnya paling hanya sejam, tapi benar-benar tiap hari.

Hasil yang saya dapat alhamdulillah di atas skor minimum yang diminta TU Delft, yaitu 7.5 (reading 8, listening 7.5, speaking 7.5, writing 7). Memang biasa saja nilainya, tapi saya cukup senang karena yang penting diperbolehkan untuk syarat administrasi pendaftaran universitas.

4 Desember 2016

Bintang

Thursday, 24 November 2016

Pengalaman Seleksi LPDP Batch 4 2016

Cerita sedikit dari saya mengenai pengalaman seleksi LPDP Batch 4 2016 dari mulai essay sampai wawancara. Sebenarnya, saat tulisan ini dibuat, pengumuman belum keluar apakah saya diterima atau tidak (mohon doanya supaya diterima ya hehe). Saya nulis ini untuk cerita aja, iseng kok hehe.

Persiapan 1: essay
LPDP minta 3 essay, yaitu essay kesuksesan terbesar, rencana studi, dan kontribusi untuk Indonesia. Saya beberapa kali revisi nulis semua essay ini. Mungkin ini bagian dari kebiasaan saya yang sering kali revisi berkali-kali kalau nulis, termasuk nulis skripsi. Tiga essay ini sudah ada panduannya di booklet beasiswa LPDP yang bisa diunduh di website LPDP.

Banyak yang bilang bahwa wawancara akan banyak ditanya dari essay yang dibuat. Oleh karena itu, saya serius mengerjakan essay ini dan minta tolong teman saya yang awardee beasiswa LPDP untuk review essay saya. Alhamdulillah, mereka baik sekali dan bersedia menolong saya. Saya minta tolong dua senior saya, Novian Habibie dari Fasilkom (awardee LPDP, saat saya minta review belum mulai sekolah) dan Alfan Presekal dari teknik komputer 2008 (lulusan Imperial College London). Semoga Allah membalas kebaikan mereka aamiin.

Persiapan 2: wawancara
Dari baca-baca blog orang lain dan dari kata teman saya, saya dapat simpulkan saya adalah kandidat yang lemah. Saya: 1. belum punya LoA, 2. Fresh Graduate. Namun dua kelemahan yang saya sebutkan beralasan, karena memang saat interview LPDP, proses admission kampus baru dimulai dan fresh graduate karena memang saya insya Allah (jika mampu) ingin menjadi dosen dan peneliti. Akhirnya, saya berpikir saya harus bisa menjelaskan dengan baik hal ini di wawancara.

Persiapan wawancara saya lakukan jauh-jauh hari. Hal pertama yang saya lakukan adalah baca-baca blog orang lain mengenai proses wawancara, seperti apa situasinya, atmosfirnya, dan seperti apa pertanyaannya. Dari hasil membaca blog itu, saya menyimpulkan pertanyaan di wawancara bertujuan utuk mencari kandidat yang memiliki alasan kuat untuk melanjutkan sekolah dan apa pengaruhnya jika kandidat tersebut melanjutkan sekolah dan pembangunan Indonesia.

Saya berlatih interview dengan kakak pertam saya dan juga teman saya yang sedang berjuang LPDP juga, Aldo Setiawan. Kakak saya sudah sering interview kerja, sering sekali, karena itu dia tau betul sikap yang baik, cara bertutur kata, struktur kalimat saat memperkenalkan diri, dan sebagainya. Dengan Aldo, saya dapat banyak masukan di bidang teknis seperti rencana tesis, karena memang bidang kami sama-sama teknik. Tentunya semua latihan ini dilaksanakan dengan bahasa Inggris.

Persiapan 3: LGD dan Essay
Essay: 30 menit, bahasa Inggris, tidak dibatasi jumlah kata
LGD: 25 menit, bahasa Inggris, tidak diberikan format khusus
Saya tidak melakukan persiapan khusus untuk bagian ini, karena saya waktunya habis untuk menulis essay dan mempersiapkan wawancara. Persiapan saya adalah:
  1. Saya baca koran The Jakarta Post setiap hari (online saja). 2 berita dari kolom today's paper dan 1 dari opinion.
  2. Dengerin TEDx dan BBC Learning English 6 minute English. Saya pernah dengar dari dosen bahasa Inggris saya waktu semester 2 bahwa jika ingin berbicara dengan baik, belajarlah jadi pendengar yang baik terlebih dahulu. Oleh karena itu, saya belajar mendengar juga tiap hari.

"Itu persiapannya. Gimana proses seleksinya?"

Saya beruntung dapat semua jadwal, mulai dari verifikasi dokumen hingga wawancara, di hari yang sama. Lokasinya waktu itu di STAN Bintaro. Alhamdulillah, tidak jauh dari rumah karena dari jaman SD juga saya sering lewat sini.

Sampai di sana, saya mengisi waktu luang dengan berkenalan dan ngobrol dengan orang-orang. Akhirnya saya dipanggil wawancara pukul 11.15.

Saya ditanya beberapa hal, seperti diminta memperkenalkan diri, ditanya mengenai kegiatan kuliah sewaktu S1, rencana tesis, cita-cita nanti, kontribusi ke masyarakat, dan sebagainya.

Seingat saya, saya diwawancara sekitar 25 menit. Itu relatif sebentar, karena banyak yang masuk duluan tapi saya keluar duluan. Hal ini membuat saya khawatir hingga sekarang. Saya khawatir interviewer tidak tertarik lalu menyudahi wawancara. Tapi ya sudahlah, sudah lewat, toh saya sudah berusaha terbaik yang saya bisa. Kalo gagal ya sudah, bukan rejeki saya hehe.

Essay pukul 15.25. Saya menggunakan pulpen, karena kalau pensil tulisan saya tidak terlihat, jadi saya pilih pulpen. Topik yang diberikan berupa teks yang diambil (sepertinya) dari koran. Tantangan disini adalah karena teks tersebut dalam bahasa Indonesia, namun essay kita dalam bahasa Inggris. Jadi tidak bisa nyolong-nyolong kosa kata yang khas dengan topik itu dari teks hehe. Karena essay selama 30 menit, saya menulis kurang lebih 200 kata. Kalau di IELTS task 2 kan 40 menit 250 kata, jadi saya asumsikan 200 kata untuk 30 menit di essay on the spot LPDP. Entahlah ini baik atau tidak. Semoga ya baik hehe.

LGD pukul 16.30. Topik juga dari teks berbahasa Indonesia. Jangan lupa, sebelum berbicara perkenalkan diri dulu dengan menyebut nama dan peran yang diajukan. Sebaiknya kartu perserta LPDP diletakkan di meja agar jika teman kita ada yang lupa sama nama kita, bisa ingat. Saya juga waktu itu mencatat poin-poin penting dari tiap teman-teman di kelompok. Lalu saya buat kotak yang isinya hasil diskusi. Per poin waktu itu saya buatnya. Lalu kertas ini juga saya beri nama. Sebenarnya saya iseng aja nulis nama, tapi kayaknya berguna karena ternyata kertasnya diminta untuk dikumpulkan oleh penilai.

Ya begitulah ceritanya. Entah dapet atau tidak sudah ditangan panitia, hanya bantuan Allah yang bisa menolong karena proses ujian seleksi sudah selesai. Mohon doanya ya hehe.

UPDATE:

saya ga dapet hehe

24 November 2016


Bintang

Saturday, 22 October 2016

Musisi Indonesia dengan Kualitas Internasional - Dewa Budjana

Belum banyak tulisan blog yang bahas manusia ini. Menurut saya, musisi Indonesia hebat-hebat banget. Serius, banget. Kenapa ga kedengeran? Karena jarang muncul di TV. Kenapa jarang muncul di TV? Saya kurang tau, bukan orang media. Namun, saya berpendapat karena musik mereka gak ngepop, sehingga ga nguntungin.

Dari banyak musisi Indonesia yang ngeri-ngeri jagonya (sebut saja Indra Lesmana, Dwiki Dharmawan, Ginda Bestari, Rama Satria Claproth, Joey Alexander, Tohpati, Balawan, dan terus ga habis-habis), saya mau ngebahas Dewa Budjana. Alasannya sederhana: karena saya suka musiknya.

Dia sering muncul di TV sama band GIGI. Di GIGI, ga terlalu berasa mainnya budjana karena mungkin bukan band solo dia, dan dia ga bisa seenaknya bikin lagu. Di album solonya, baru keliatan ngerinya dimana. Saya pertama kali tau Budjana di album Home, saat itu saya masih kelas 2 SMP (sekitar 2008).

Album Budjana udah beberapa terakhir selalu rekaman di Amerika ditemenin sama musisi-musisi hebat. Contoh, di album Home, drummernya itu Peter Erskine (drummer Jazz dan professor musik di University of Southern California), Dave Carpenter (Bassist), dan banyak musisi Indonesia yang bagus banget gabung di Album ini.

Album kedua yang saya dengerin itu Surya Namaskar. Jadi gini, saya liat di Youtube Jeff Beck live at Ronnie Scott's, drummernya keren banget, namanya Vinnie Colaiuta, dia macem-macem banget gaya mainnya, mulai dari main bareng sama Frank Zappa, Eric Clapton, Jeff Beck, Chick Corea, Herbie Hancock, sampe Megadeth. Nah ini drummernya Budjana di album Surya Namaskar. Di album ini drumnya rame banget, keren deh.

Album ketiga yang saya denger itu album Hasta Karma. Ini keren banget, favorit saya bisa saya bilang. Ada kidungnya (nyanyian tradisional) yang saya suka, walau temen-temen saya bilang suaranya serem. Yang nyanyi kidung itu neneknya Budjana. Drummernya juga gila banget. Antonio Sanchez yang ngiringin (dia drummernya Pat Metheny, Gary Burton, John Pattituci). Antonio Sanchez lulus dari Berklee College of Music dengan predikat Magna Cum Laude. Trus yang keren, ada vibraphone di sini, yang mainin Joe Locke.

Yang paling baru, Zentuary. Ini gila isinya. Musisi luarnya ada Jack DeJohnette, Gary Husband (yang main keyboardnya John McLaughlin), Tony Levin, Guthrie Govan (yang main gitar gausah dijelasin ini siapa), dan beberapa yang main sax yang saya ga tau itu siapa. Album ini juga keren banget. Ah susah lah jelasinnya, pokoknya keren haha.

Kalo lagi manggung di Indonesia, Budjana ga main sama musisi-musisi luar yang udah disebutin tadi. Tapi ada bandnya lagi, yang isinya juga keren-keren banget. Drummernya biasanya Echa Soemantri, yang main keyboard Martin Siahaan, yang main bass Syahdu Rasjidi, dan yang main suling Bang Saat Syah. Saya pernah nonton langsung dan wew, kepikiran sampe rumah dan beberapa hari.

Kalo kata orang "cintailah produk dalam negeri", menurut saya jangan maksa. Kalo bagus emang beneran disukain. Ini buktinya kok, dan masih banyak lagi yang pantas banget disukain bukan karena alasan "karena gue cinta produk lokal", karena emang produk lokal itu banyak yang bagus. Merek gitar dan efek aja ada yang lokal bagus banget, contohnya Regatta Guitar dan Revolt. Apalagi hal-hal lain, banyak deh.

Friday, 9 September 2016

Tes TOEFL ITP: Pengalaman dan Cerita

Penting untuk diperhatikan: saya bukan jagoannya, jadi jangan harap tulisan ini ada tips dan trik biar dapet skor di atas nilai tertentu. Ini cuma certa aja.

September 2014, saya tes TOEFL ITP di LBI UI Depok dengan satu tujuan: ngga ada. Iseng aja, mau tau tes TOEFL ITP kayak apa (karena ga mungkin iseng tes TOEFL IBT/IETS, duitnya dari mana kalo cuma buat iseng). Hasilnya menurut takaran saya cukup baik, 600. Tapi sampai masa berlakunya habis, skor itu tidak terpakai sama sekali.

September 2016, saya baru saja dapat ijazah dan mau daftar LPDP. Salah satu syaratnya adalah punya LoA atau skor TOEFL ITP/IBT/IELTS. Akhirnya saya coba tes lagi karena skor yang lama sudah habis. Saya belajar lebih baik dari dulu, berharap skornya tetap berada di atas 550 agar bisa mendaftar LPDP. Tadinya saya ingin tes di LBI UI Depok, tapi salah satu temen saya cerita:

"Kemaren gw tes di LBI. Suaranya ngaco. Tadinya udah bener pas bacain direction, eh ada mamang-mamang utak atik speakrnya. Suaranya jadi 'ssssssssssssssss'. Ngaco dah bad mood gw langusung"

Tak mau ambil resiko serupa, saya tidak jadi daftar tes di sana. Kata temen saya, di IES Foundation Senayan bagus audionya. Akhirnya saya memutuskan untuk tes di sana. Saya sudah belajar lebih dari yang saya lakukan saat ambil tes 2 tahun lalu. Saya abiskan 2 buku untuk latihan, dulu cuma 1. Saya tiap pagi baca The Jakarta Post dan dengerin wawancaranya Michio Kaku di channel Youtube big think. Saya pikir nilai saya akan naik, tapi malah turun! Hahahahaha. Tapi gapapa, yang penting masih di atas 550.

Ada beberapa kejadian lucu pas tes. Waktu nomor 2 listening, saya hitamkan jawaban dan ternyata garis hitamnya keluar. Saya buru-buru hapus, eh jadi hitam semua. Dan soal nomor 3 pun dibacakan. Moral story: gunakan pensil yang sama saat isi nama, karena itu yang sudah nyaman untuk menghitamkan LJK.

Saat latihan di rumah, 40 soal structure saya kerjakan dalam 18 menit, aslinya 25 menit. Saya kasih stopwatch agar saya terbiasa dipepet waktu. Saat tes beneran, saya malah takutan dan jadinya supr hati-hati. Kelamaan mikir di 1 soal. Dan akhirnya pas waktunya 5 menit lagi, saya baru ngerjain 28 soal. Ya ampun. Moral story: ga tau jawabannya, lewat dulu. Berharap ada wangsit belakangan yang muncul. Ngitemin jangan lama-lama.

Pas reading comprehension, mood saya sudah kacau karena dua kejadian di atas. Saya pun super buru-buru jadinya masih kesisa waktu sekitar 13 menit. Jadi lah ga teliti. Makanya reading saya turun sekali dibanding tes 2 tahun lalu. Moral story: kalem, santai aja men. Tapi jangan super hati-hati dan kelamaan hitamin juga. 

Ada pola lucu yang saya amati dari 2 tes saya. Kalau saya takut salah satu section itu menjatuhkan nilai saya, justru yang terjadi sebaliknya. Saat 2 tahun lalu, saya takut sekali reading. Tapi akhirnya section ini membantu saya dengan nilai 62. Saat tes kemarin, saya paling takut listening karena saat latihan komponen ini paling jelek. Tapi sebaliknya, ini membantu dengan nilai 64. Saya tidak pernah takut structure, tapi justru structure yang selalu menjatuhkan. Dulu 58, sekarang 56. Moral story: jangan takut, jangan juga ga takut. Netral. Belajar semua section dengan bener-bener, emansipasi jenis soal haha.

Memang ada banyak kendala tak terduga saat tes. Saya sih ambil positifnya saja: untung banyak latihan, jadi tetap saja dapat ilmu. Dengan bantuan Allah SWT, alhamdulillah saya masih bisa diberikan nilai yang cukup walaupun banyak kejadian tak terduga. Tulisan ini juga berguna buat saya sehingga kalau saya mau tes lagi, tidak terjadi kesalahan yang berulang.

Tuesday, 30 August 2016

Review Grammar Checker Online Gratis

Beberapa waktu lalu saya menulis paper untuk disubmit ke konferensi IEEE. Setelah saya tulis, saya perlu mengecek apakah grammar yang saya gunakan sudah cukup baik. Dalam pengecekan penulisan, saya melakukan 3 hal secara berurutan: pertama, saya baca sendiri dari awal dan memeriksa dengan kemampuan saya sendiri apakah ada kalimat yang aneh; kedua, saya cek dengan grammar checker online yang gratis tentunya; yang ketiga, saya minta tolong 2 dosen saya untuk review dan memberi masukan dalam tulisan yang sudah dibuat. Pada tulisan ini, saya fokus pada langkah kedua. Terdapat beberapa tools online yang populer untuk mengecek grammar, namun saya menggunakan dua dan keduanya saya akan bahas disini.

Pertama adalah grammarly.com. Kelebihannya adalah tampilannya menarik, gratis, dan mudah digunakan. Kelemahannya adalah harus sign up. Entah kenapa saya suka males aja kalo pake sign up segala. Tapi gapapa gratis ini. Kelemahannya adalah...ya namanya juga pakai mesin, sama kayak di Microsoft Word yang suka salah mendeteksi. Nama saya dianggap salah ejaan. Biasa lah ya. Jadi jangan semua diikutin juga rekomendasi dari grammarly.

Kekecilan? Klik aja gambarnya

Yang kedua adalah paperrater.com. Kelemahannya, paper rater tidak sejeli grammarly untuk masalah pengecekkan grammar. Tetapi, kelebihannya adalah dia tidak perlu sign up, gratis, dan ada rating untuk tulisan yang Anda cek. Lebih baiknya lagi, dia mengecek seberapa porsi kalimat pasif dari keseluruhan teks, yang mana itu penting mengingat kalimat pasif sebaiknya dihindari dalam penulisan artikel ilmiah [1].

Kesimpulannya, sebaiknya anda menggunakan lebih dari satu grammar checker untuk mengoreksi tulisan anda, karena yang satu belum tentu lebih sensitif dibanding yang lainnya.

[1] https://www.ieee.org/publications_standards/publications/authors/author_guide_interactive.pdf 

Sunday, 28 August 2016

Bahasa Pemrograman C - Kenapa?

Disclaimer: Saya memang sedang belajar mengenai sistem komputer, namun saya bukanlah ahlinya. Tulisan ini mungkin saja salah total, namun ada baiknya jika Anda menemukan salahnya, Anda bisa berikan masukan/kritik pada kolom komentar.

Saat saya kuliah tahun pertama di Teknik Komputer Universitas Indonesia, kelas Pengantar Teknik Komputer waktu itu belajar bahasa C. Sejujurnya, saya agak agnostik tentang bahasa yang digunakan; lebih ke gunanya kemana, dengan cari yang lebih sederhana (saya suka yang sederhana, tidak rumit). Namun, banyak yang mempertanyakan kenapa sih belajar C? Jadul ah! Lah wong hasilnya di layar item aja kok (di terminal), apa serunya? Bahkan, sewaktu saya jadi asisten lab ada mahasiswa yang nyeletuk, "ih C gampang banget, gini gini doang". Entah karena dia yang jenius atau emang cuma nyoba printf dan if-else.

C sangat populer, bahkan di tahun 2016 saat C sudah tidak muda. Menurut IEEE Spectrum, C berada di peringkat teratas untuk bahasa terpopuler. Sesuatu populer bukan karena tanpa alasan (oke oke, ada artis antah berantah yang populer di tv).

Sumber: IEEE spectrum

Terjemahan kasar: "C digunakan untuk menulis program yang mementingkan kecepatan dan fleksibilitas, seperti pada sistem tertanam (embedded systems) dan high-performance computing". Sekarang sedang tren istilah Internet of Things. Dimana-mana ada. Sensor umumnya, jika tidak selalu, dioperasikan pada mikrokontroler yang diprogram dengan C.

Tidak cuma berhenti di embedded systems. Buat para web programmer, pastinya tidak asing dengan web server. Sesungguhnya, server adalah sebuah proses, bukan komputer fisik. Apache HTTP Server, salah satu yang paling populer, dibuat dengan C dan XML. Masih ga ngakuin kalo server bisa dibuat dari C? Nginx pun dibuat dengan C. Bahkan, sebenarnya membuat program server dengan C yang sederhana tidak begitu sulit. Banyak literatur yang memberikan tutorialnya (salah satu rekomendasi saya: buku gratis Beej's Guide to Network Programming). Linux? Dibuat juga dengan C. Coba cek Github kernel Linux, dan sekitar 90% dibuat dengan C. Selain yang saya sebutkan tadi, masih ada banyak proyek besar lain yang ditulis dalam C.

Menurut saya, ada beberapa keuntungan belajar C pada saat pertama kali belajar memprogram komputer:
  1. Dibandingakan dengan belajar Java saat pertama kali belajar, orang memiliki keuntungan belajar bagaimana komputer menggunakan memory untuk kepentingan prosesnya. Hal ini bisa dipelajari saat belajar the evil pointer. 
  2. Dibandingkan dengan langsung belajar C++, orang tidak perlu dipusingkan dengan konsep Object Oritented Programming (OOP). Jika sudah paham betul secara procedural, belajar OOP dengan C++ atau Java jadi lebih menyenangkan (kalau saya sih jadi memuji-muji konsep OOP yang sangat elegan dalam membentuk object dan class).
  3. Lebih enak lagi saat udah belajar Operating Systems, orang lebih mengerti bagaimana OS bekerja dengan hands on mengenai multithread, interprocess communication, dsb. Buku yang menurut saya bagus adalah buku gratis Operating Systems: Three Easy Pieces.
  4. Dibandingkan dengan langsung Assembly....ya setidaknya membuat orang tidak males belajar memprogram komputer haha.  
Saya tidak mengatakan bahwa C lebih unggul dibanding bahasa lain. Yang saya tekankan adalah 1) C sangat berguna dan tidaklah bijak mengatakan tidak berguna belajar C, 2) Belajar C pada saat awal belajar programming memiliki keuntungan-keuntungan yang khas.


Tempat Beli Gitar Murah di Jakarta

Saya sudah punya gitar dari tahun 2007..atau 2008 saya lupa, yang jelas sudah lumayan lama. Gitar saya kondisinya sudah tidak terlalu baik, fretnya abis, pick upnya suaranya melempem, dan sebagainya. Jadi di tulisan ini saya mau memberi review dan cerita saya beli gitar baru. Saya beli gitar di daerah Bendungan Hilir (BenHil) Jakarta.

Ceritanya, pada malam takbiran 2016 saya bertiga dengan teman saya melihat instagram orang jual gitar, namanya jdanwmusic [1]. Setelah lihat-lihat gitar disana, teman saya besoknya langsung ngajak kesana. Saya sih ga niat beli, sayang uangnya jadi saya anter aja. Lokasinya di Bendungan Hilir, belakangnya SMAN 35 (di sebelah sekolah itu ada gang, masuk aja). Trus saya tanya sama orang tempat beli gitar dimana, ternyata masuk gang lagi. Jujur aja, saya agak khawatir karena tempatnya sama sekali ga kayak toko musik. Mana banyak preman juga. Belum lagi teman saya pas di jalan bilang, "Tang ini murah-murah banget. D' addario aja 30 ribu. Jangan-jangan pancingan biar dateng trus dibegal lagi hahahaha". Saya juga ketawa, tetapi tetap aja jadi kepikiran gara-gara omongan ni anak.

Ternyata setelah masuk, beneran toko gitar dan bas. Ada banyak dan harganya kisaran 800 ribu hingga 2 jutaan. Ada harga ada barang, jangan harap merek Gibson disini seenak Gibson asli hahaha. Tetapi, ga semua gitar disini jelek. Ada juga yang lumayan, bahkan bagus menurut saya untuk ukuran harga yang ditawarkan. Selagi saya lihat-lihat, mata saya kepincut dengan model Fender Telecaster. Saya tes, ternyata suaranya enak banget!


Akhirnya saya memutuskan untuk beli dengan mengorbankan tabungan yang tadinya direncanakan untuk bayar tes TOEFL. Gapapa, saya ga nyesel karena emang saya dapet gitar dengan harga yang pas. Fun stuff doesn't always come at a high cost; sometimes it is at a reasonable price if you are lucky enough to find it. Harga Fender Telecaster abal yang saya beli ini 1 juta rupiah. Kata abangnya, gitar-gitar di toko ini dibuat di Bandung. Walaupun murah, gitar ini suaranya asik banget, apalagi dengan khas "twang"nya Telecaster. Kalo menurut saya, dalam memilih gitar murah, ada beberapa hal minimal yang harus dicek sebelum beli:
  1. Cari gitar yang bentuknya sederhana. Gitar murah, spare partnya juga murah. Jadi jangan pilih bentuk gitar yang rumit, karena kayaknya akan dikorbankan kualitas spare partnya. Misalnya, model Telecaster itu simple dibanding Ibanez JEM punya Steve Vai contohnya. Bridge, pick up, dan segala prentelan lain. Dengan harga 1.2 Juta, anda jangan harap bisa mainin tremolo kayak Steve Vai. Bisa-bisa baru angkat, tuning (seteman) berubah.
  2. Pastikan fret ga ada yang mati. Untuk ngetes, mainin kunci dasar di semua fret dengan strumming (genjreng) dan petik dengan jari/pick.  Jangan lupa tes pada saat bending suaranya oke atau ngga.
  3. Pastikan pick up berfungsi dengan baik. Switch dari mulai neck sampai bridge. Pastikan suaranya sesuai dengan yang dimaksud.
  4. Pastikan pot (puteran) tone juga berfungsi dengan baik.
Itu hal minimal banget yang menurut saya harus dilakuin. Mungkin yang lebih berpengalaman lebih ngerti harus cek apalagi. Anda bisa konsultasikan dengan orang yang lebih berpengalaman kalau mau tau lebih jauh.

[1] https://www.instagram.com/jdanwmusic/ 

Saturday, 27 August 2016

Why the Hell I Write This Blog

Beberapa orang mungkin nanya, "ngapain nih orang nyampah di Internet?". Hmm benar juga. Sebenarnya, saya nulis blog ini untuk alasan berikut:
  1. Agar saya tidak lupa tentang sesuatu, misalnya tentang komputer, musik, masak, nama jalan, atau apapun, saya tulis disini. Karena kalau nulis di buku takut hilang.
  2. Siapa tau ada yang butuh infonya. Karena saya tau betul kurang info itu ga enak banget. Misalnya, saya ga tau masak telor itu pake kompor atau ngga, nah itu bahaya banget kalo saya ga tau kalo kompor bisa digantikan dengan lilin mainan.
  3. Ngisi waktu sebagai pengangguran. 
Mungkin blog ini isinya tentang review buku, catatan perjalanan saya ngoprek alat elektronik, dan catatan perjalanan.
Ini bukan blog wacana! Bismillah!